free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Mengapa Natal Dirayakan Setiap 25 Desember? Ini Sejarah dan Dasar Penetapannya

Penulis : Mutmainah J - Editor : Dede Nana

24 - Dec - 2025, 18:38

Placeholder
Ilustrasi Natal. (Foto dari Pixabay)

JATIMTIMES - Tanggal 25 Desember dikenal luas sebagai hari perayaan Natal, momen penting bagi umat Kristiani untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus. Meski dirayakan secara rutin setiap tahun, penetapan tanggal tersebut ternyata tidak berasal langsung dari catatan Alkitab. Sejarah mencatat bahwa Natal 25 Desember merupakan hasil perjalanan panjang Gereja yang dipengaruhi konteks sosial, politik, dan teologis pada masanya.

Natal Tidak Dirayakan pada Masa Gereja Perdana

Dalam jurnal Makna Teologi Perayaan Natal Yesus Kristus karya Marselino Cristian Runturabi, dijelaskan bahwa para murid Yesus dan komunitas Kristen awal tidak memiliki tradisi merayakan hari kelahiran Yesus. Hal ini karena Kitab Suci tidak memberikan perintah khusus terkait perayaan tersebut. Fokus utama jemaat mula-mula saat itu adalah pewartaan Injil dan peringatan kebangkitan Kristus.

Baca Juga : Gereja Paroki Gembala Baik Kota Batu Tampung 3 Ribu Jemaat, Tambah Kuota untuk Jemaat Luar Kota

Pada periode yang sama, tanggal 25 Desember justru telah dikenal sebagai hari raya keagamaan kaum Paganis, khususnya yang berkaitan dengan pemujaan terhadap kekuatan alam dan dewa-dewa Romawi. Fakta ini menjadi salah satu alasan mengapa Natal belum dikenal dalam tradisi Kristen awal.

Pengaruh Kekaisaran Romawi terhadap Penetapan Natal

Perkembangan signifikan terjadi pada abad ke-4, ketika kekristenan mulai berkembang pesat di wilayah Kekaisaran Romawi. Dalam jurnal Natal sebagai Peristiwa Historis: Menelusuri Sejarah Natal 25 Desember karya William Wahyu Sembiring, dijelaskan bahwa kondisi tersebut memicu kekhawatiran para penguasa Romawi.

Pada tahun 274 M, Kaisar Aurelianus menetapkan pemujaan terhadap Sol Invictus atau “Matahari yang Tak Terkalahkan” sebagai kultus resmi negara. Tujuan kebijakan ini adalah untuk memperkuat identitas religius Romawi sekaligus membendung laju pertumbuhan umat Kristen.

Namun, alih-alih melemah, kekristenan justru mengalami proses penyesuaian simbolis. Para pengajar Injil mulai menafsirkan simbol matahari sebagai gambaran Kristus, Sang Terang Dunia. Gelar Sol Invictus kemudian dimaknai ulang sebagai Yesus Kristus yang tidak terkalahkan oleh maut dan kegelapan.

Dari sinilah lahir pemahaman teologis bahwa kelahiran Kristus layak diperingati pada tanggal yang sebelumnya dikaitkan dengan perayaan matahari, yakni 25 Desember. Penetapan ini sekaligus menjadi cara Gereja mengisi makna baru pada tradisi yang telah dikenal masyarakat luas.

Dokumen Kuno yang Menyebut Tanggal Natal

Sumber sejarah awal juga mencatat upaya Gereja dalam menetapkan tanggal-tanggal penting iman Kristen. Salah satu dokumen tertua tersebut adalah The Apostolic Constitutions, kumpulan aturan gerejawi dari masa awal kekristenan.

Dalam kitab kelima dokumen tersebut disebutkan bahwa, berdasarkan perhitungan kalender yang digunakan pada masa itu, tanggal 25 bulan kesembilan setelah wafatnya Yesus bertepatan dengan 25 Desember. Perhitungan ini kemudian diterima dan berkembang dalam tradisi Gereja Barat.

Catatan lain menyebutkan tanggal 29 Khiyah yang sejajar dengan 25 bulan Tebeth dalam kalender Yahudi. Dalam kalender modern atau Gregorian, tanggal tersebut juga mengarah pada 25 Desember. Sementara itu, Gereja Timur yang masih menggunakan kalender Julian menetapkan perayaan Natal pada 6 atau 7 Januari.

Hingga kini, perbedaan kalender tersebut menjelaskan mengapa Gereja Barat dan Gereja Timur merayakan Natal pada tanggal yang berbeda, meski memiliki makna iman yang sama.

Baca Juga : Urutan Nonton Film Home Alone, Pas buat Temani Libur Natal

Kapan Yesus Dilahirkan Menurut Sejarah?

Alkitab mencatat kelahiran Yesus dalam Injil Matius dan Lukas. Keduanya sepakat bahwa Yesus lahir di Bethlehem, wilayah Yudea, dari Maria, seorang perawan. Namun, tidak ada keterangan pasti mengenai tanggal kelahiran-Nya.

Satu-satunya petunjuk waktu yang disebutkan dalam Alkitab adalah masa pemerintahan Raja Herodes. Mengutip National Geographic, Herodes wafat pada tahun 4 Sebelum Masehi. Sebelum kematiannya, ia memerintahkan pembunuhan bayi laki-laki di bawah usia dua tahun. Peristiwa ini memberi petunjuk bahwa Yesus kemungkinan lahir beberapa tahun sebelum Herodes meninggal.

Berdasarkan kajian sejarah, banyak ahli memperkirakan Yesus lahir antara tahun 6 hingga 4 Sebelum Masehi.

Sementara itu, Paroki Kedoya Gereja Katolik Santo Andreas menjelaskan bahwa secara teoretis, kelahiran Yesus diyakini terjadi pada tanggal 25 bulan Kislev dalam kalender Yahudi. Jika disesuaikan dengan kalender Gregorian, tanggal tersebut berkisar pada 25 Desember. Oleh sebab itu, tanggal ini dipilih sebagai momen peringatan kelahiran Kristus.

Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai waktu kelahiran Yesus yang sebenarnya, Natal tidak dimaknai semata-mata sebagai peristiwa kalender. Bagi umat Kristiani, Natal adalah perayaan iman atas hadirnya kasih, harapan, dan keselamatan melalui Yesus Kristus.

Karena itulah, hingga kini tanggal 25 Desember terus dirayakan sebagai hari Natal oleh Gereja Barat, sementara Gereja Timur memperingatinya pada awal Januari, dengan makna spiritual yang tetap sama.


Topik

Serba Serbi natal natal 25 desember sejarah natal



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Madiun Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Dede Nana