Melihat Lebih Dekat Pembuatan Kerajinan Kendang Jawa di Jiwur Blitar. Kendang merupakan salah satu alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul dengan tangan. Instrument alat musik ini merupakan pelengkap gamelan yang fungsi utamanya yakni mengatur irama musik.
Di Indonesia, keberadaan alat musik tradisional seperti kendang, masih cukup penting untuk mengiringi berbagai acara adat istidat atau pun pesta. Yang lebih populer lagi adalah digunakan untuk memperindah aliran seni musik dangdut.
Salah satu pengrajin kendang jawa bisa ditemui di Blitar, Mujiono (36) atau akrab disapa Pak Bajai. Kisahnya belajar membuat kendang jawa sudah dilakoninya sejak kecil berkat belajar dari bapaknya.
“Dulu awalnya memulai usaha bikin kendang dan bubutan kayu ini karena meneruskan usaha orang tua. Karena orang tua profesinya membuat kendang,” kata Bajai saat ditemui BLITARTIMES di kediamannya Selasa, (24/07/2019).
Berawal dari usaha yang ditekuninya sejak kecil tersebut, Bajai mulai membuka usahanya sendiri sejak sekitar 15 tahun yang lalu tersebut.
Untuk menghasilkan sebuah kendang yang berkualitas dan mengahasilkan suara yang bagus menurutnya pemilihan bahan baku sangatlah penting. Untuk menghasilkan kendang dengan kualitas suara yang bagus adalah kayu Nangka dan kayu Mangga.
"Yang paling bagus ya pakai kayu Nangka, selain itu juga paling banyak peminatnya. Meski harganya mahal tapi kualitas suaranya paling bagus," terangnya.
Akan tetapi, saat ini menurutnya mencari bahan kayu nangka yang memiliki ukuran lingkar yang sesuai kebutuhannya cukup sulit. Pasalnya selain harganya cukup mahal, pohon Nangka banyak dimanfaatkan untuk diambil buahnya.
Saat ini, tak hanya kendang jawa saja, berkat kemahirannya membuat klowongan kendang, kini berbagai macam jenis kendang mulai dari kendang jimbe, ketipung, kendang rebana dan kendang Yunani bisa ia produksi.
Kendang buatannya pun laris manis dipesan dari berbagai daerah. Mulai dari Yogyakarta, Solo, Jakarta bahkan hingga pesanan luar pulau.
Untuk memenuhi pesanannya yang semakin banyak, Bajai tidak sendirian, di bengkelnya, ia dibantu oleh tiga orang warga sekitar untuk membuat klowongan kendang.
Setiap harinya, satu orang pekerja bisa membuat sekitar 10 klowongan kendang dengan menggunakan alat butut,” sambungnya.
Untuk satu unit kendang buatannya, Bajai mematok harga yang bervariasi, mulai dari harga ratusan hingga sekitar Rp. 5 juta rupiah per unit kendangnya, tergantung ukuran besar kecilnya dan juga bahan kayu yang ia gunakan.
Dari usahanya ini, Mukri mampu meraup omzet hingga Rp 15 juta rupiah. Beruntung, usahanya kini mulai banyak peminat karena memang kendang buatannya terkenal bagus.
“Paling banyak pesanan itu dari Solo dan Jogja, ya semua ini berkat bakat turunan dari orang tua mungkin,” tukasnya