Hari Ibu 2025: Moreno Soeprapto Tegaskan Peran Ibu dalam Masa Depan Indonesia
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
22 - Dec - 2025, 10:14
JATIMTIMES - Di tengah bisingnya wacana kebijakan publik, narasi politik, dan target-target pembangunan yang terus diproduksi, ada satu elemen fundamental yang kerap luput dari perhatian, yakni seorang ibu.
Anggota DPR RI Moreno Soeprapto mengingatkan, masa depan Indonesia sejatinya tidak hanya dilahirkan dari ruang sidang atau panggung kekuasaan, melainkan dirajut perlahan di ruang paling privat, rumah.
Baca Juga : Cuti Bersama Desember 2025 Dimulai 26 Desember, Simak Jadwal Lengkap Libur Natal
Pada peringatan Hari Ibu 22 Desember, Moreno menyoroti peran ibu sebagai “arsitek awal” pembentukan karakter bangsa. Ia menegaskan, sebelum negara hadir dengan regulasi dan sekolah bekerja dengan kurikulum, ibu sudah lebih dulu menjalankan fungsi strategis: membentuk nilai, etika, dan orientasi hidup anak sejak fase paling dini.
“Karakter anak, baik laki-laki maupun perempuan, dibentuk dari rumah. Dari seorang ibu. Bahkan sejak anak itu menyusu,” ujar Moreno.
Menurutnya, rumah adalah ekosistem pendidikan pertama, dan ibu adalah pusat gravitasinya. Dari relasi ibu dan anak, lahir empati, disiplin emosional, ketangguhan mental, hingga kepekaan sosial. Nilai-nilai ini, kata Moreno, bukan sekadar urusan personal, melainkan modal sosial yang menentukan kualitas kehidupan berbangsa.
Moreno menilai, institusi pendidikan formal memiliki peran penting dalam transfer pengetahuan, tetapi pembentukan karakter tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada sekolah. Tanpa fondasi nilai yang ditanamkan di rumah, pengetahuan berisiko menjadi kosong makna, cerdas secara kognitif, tetapi rapuh secara etis.
“Putra-putri bangsa ini dibentuk karakternya di rumah. Di situlah peran ibu paling menentukan,” tegasnya.
Dalam konteks Hari Ibu, Moreno memandang peringatan tersebut bukan sekadar agenda seremonial, melainkan momentum refleksi kolektif. Ia menilai, satu hari penghormatan tidak akan pernah sebanding dengan kerja panjang seorang ibu yang berlangsung seumur hidup, kerja yang sering kali tidak terlihat, tetapi dampaknya sistemik.
Bagi Moreno, ibu adalah figur yang bekerja melampaui logika untung-rugi. Ia memberi tanpa menghitung, berkorban tanpa menawar, dan kerap mengambil risiko demi keselamatan orang lain. Ia mencontohkan kisah seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hong Kong yang meninggal dunia saat menyelamatkan anak majikannya dari kebakaran apartemen. Meski bukan anak kandungnya, naluri keibuan membuatnya bertindak spontan.
“Itu figur seorang ibu. Seorang pejuang,” kata Moreno.
Kisah tersebut, menurutnya, menjadi ilustrasi ekstrem tentang nilai keberanian, kepedulian, dan pengorbanan, nilai-nilai keibuan yang sering dipinggirkan dalam narasi besar pembangunan, padahal justru menjadi fondasinya.
Moreno juga menyoroti bagaimana negara mulai mengafirmasi peran ibu dalam pembangunan sumber daya manusia. Ia menyinggung kebijakan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto terkait program pemenuhan gizi, yang menempatkan ibu sebagai entry point pembangunan generasi.
Baca Juga : Kalender Jawa Weton Senin Pon 22 Desember 2025: Jangan Pergi ke Arah Selatan
Menurutnya, program makan bergizi tidak hanya berorientasi pada anak sebagai penerima akhir, tetapi juga pada ibu, baik yang sedang mengandung maupun yang belum, melalui penguatan literasi gizi sejak dini.
“Pengenalan gizi itu harus dimulai dari ibunya, bukan hanya anaknya,” ujarnya.
Pendekatan ini, lanjut Moreno, mencerminkan kesadaran bahwa kualitas generasi masa depan tidak dibentuk secara instan. Ia adalah hasil dari proses panjang yang dimulai dari kesehatan ibu, pemahaman ibu, dan lingkungan rumah yang suportif.
Menutup pernyataannya, Moreno mengajak seluruh elemen bangsa untuk melampaui penghormatan simbolik. Tantangan sesungguhnya, menurutnya, adalah memastikan peran ibu tetap menjadi pilar utama dalam kehidupan sosial, kebijakan publik, dan nilai-nilai yang diwariskan lintas generasi.
Ia menegaskan, nilai-nilai keibuan, ketulusan, keteguhan, empati, dan keberanian, harus terus dijaga agar tidak tergerus oleh perubahan zaman.
“Bagaimana kita sebagai anak bangsa menjaga peran ibu ini, dan meneruskannya kepada anak cucu kita,” pungkasnya.
