JATIMTIMES - Konon, di masa lampau, batas antara alam manusia dan makhluk gaib tak setebal kini. Setan kala itu bukan sekadar bisikan di telinga, tapi sosok yang bisa menampakkan diri dan berbicara langsung.
Salah satu kisah langka itu tercatat dalam Fadhail Namaz, karya ulama besar Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rahmatullah alaih, sebuah percakapan yang menggugah tentang ibadah dan kelengahan manusia.
Baca Juga : Jangan Lewatkan, Ramalan Zodiak 3 November 2025 Bawa Perubahan Besar dalam Hidupmu
Disebutkan, seorang lelaki mendatangi setan dan bertanya dengan nada ingin tahu, “Bagaimana caranya agar aku bisa menjadi seperti dirimu?”
Setan terperangah. “Seumur hidupku, belum ada manusia yang bertanya begitu,” ujarnya heran. Lelaki itu menjawab tenang, “Hatiku menginginkannya.” 
Lalu iblis berkata, “Mudah. Lalailah salatmu dan bersumpahlah sesukamu. Benar atau dusta, tak penting.” Namun si manusia justru bersumpah, “Demi Allah, aku tak akan malas salat dan tak akan bersumpah sembarangan.”
Setan tertunduk. “Aku belum pernah menemui manusia secerdik engkau. Mulai hari ini, aku tak akan lagi memberi nasihat kepada manusia,” katanya, menyerah dalam kekalahan yang aneh.
Kisah itu bukan sekadar legenda dari masa lalu. Ia adalah pengingat bahwa salat bukan ritual mekanis, melainkan benteng hidup melawan kelalaian dan tipu daya. Dalam gerakan yang berulang itu, tersimpan disiplin, kebersihan jiwa, dan penyucian diri yang tak bisa digantikan apa pun.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menggambarkan salat lima waktu sebagai proses penyucian yang terus-menerus. Seperti seseorang yang mandi lima kali sehari, tubuh dan jiwanya mustahil tetap kotor. Analogi itu senada dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Perumpamaan salat lima waktu adalah seperti sungai jernih yang mengalir di depan rumah. Barang siapa mandi di dalamnya lima kali sehari, apakah masih ada kotoran di tubuhnya?”. Para sahabat menjawab, “Tidak ada sedikit pun.” Rasulullah menegaskan, “Begitulah salat, ia menghapus dosa sebagaimana air menghapus kotoran.”
Baca Juga : Kalender Jawa Senin Wage 3 November 2025: Jangan Emosian, tapi Bakal Dapat Keberuntungan
Salat juga menjadi janji antara hamba dan Sang Pencipta. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menjaga salat lima waktu tanpa mengabaikan satu pun, Allah berjanji memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Malik, Ahmad, dan lainnya)
Dalam Al-Quran Surah An-Nisa ayat 103, Allah memerintahkan: “Maka apabila kamu telah selesai salatmu, berzikirlah kepada Allah saat berdiri, duduk, dan berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, dirikanlah kembali salat itu. Sesungguhnya salat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang beriman.”
Ayat itu menegaskan: salat bukan sekadar kewajiban, tapi ritme kehidupan yang menjaga manusia tetap waras di tengah badai dunia. Lima waktu yang tampak sederhana itu sejatinya adalah jeda penyelamat dari kesibukan, ruang bagi hati untuk kembali bernafas dalam hening.
Dan mungkin, sebagaimana kisah dalam kitab lama itu, kemenangan manusia atas setan bukan dengan pedang atau mantra, tapi dengan wudu, niat yang bersih, dan sujud yang tak pernah ditunda.
