free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Wisata

Dirgahayu ke-24 Kota Batu! Ini Sejarah Lengkap Kota Dingin yang Dijuluki ‘Swiss Kecil di Jawa’

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

17 - Oct - 2025, 11:14

Placeholder
Salah satu ikon di Kota Batu, yakni Alun-Alun Kota Batu. (Foto: Tripadvisor)

JATIMTIMES - Kota Batu merayakan hari jadinya yang ke-24 pada hari ini Jumat, 17 Oktober 2025. Kota yang terletak di dataran tinggi Jawa Timur ini dikenal dengan udara sejuk, panorama alam menawan, dan julukan khasnya yakni De Klein Switzerland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa.

Kota Batu merupakan salah satu dari sembilan kota di Jawa Timur. Luas wilayahnya mencapai 199,09 km² dan terbagi menjadi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Junrejo, dan Bumiaji.

Baca Juga : Ace Frehley Gitaris Legendaris KISS Meninggal Dunia, Ini Profil dan Jejak Karirnya

Secara administratif, ketiganya terbagi menjadi 20 desa dan 4 kelurahan. Secara geografis, wilayah utara Kota Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan, sementara bagian barat, selatan, dan timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang. 

Kota ini berada di ketinggian antara 700 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut, menjadikannya kawasan berhawa sejuk sepanjang tahun.

Tiga gunung mengelilingi wilayah ini, yakni Gunung Panderman, Gunung Arjuna, dan Gunung Welirang. Ketiganya menjadi ikon alam sekaligus daya tarik wisata bagi pengunjung dari berbagai daerah.

Mengutip dari situs resmi Pemerintah Kota Batu, kawasan ini sudah dikenal sejak abad ke-10 sebagai tempat peristirahatan keluarga Kerajaan Medang. Kala itu, Raja Mpu Sindok memerintahkan Mpu Supo, seorang pejabat kerajaan, untuk membangun tempat peristirahatan di daerah pegunungan yang memiliki sumber mata air alami.

Mpu Supo kemudian menemukan kawasan yang kini dikenal sebagai Wisata Songgoriti. Atas restu Mpu Sindok, ia membangun tempat peristirahatan dan sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.

Tak jauh dari lokasi itu terdapat mata air yang kerap digunakan untuk mencuci keris sakti milik Kerajaan Medang. Konon, air tersebut berubah menjadi panas setelah digunakan untuk mencuci keris-keris pusaka. Hingga kini, mata air panas tersebut tetap mengalir dan menjadi sumber alami di kawasan Songgoriti.

Nama “Batu” sendiri memiliki kisah unik yang diwariskan secara turun-temurun. Berdasarkan buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, sebutan “Batu” berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro, yaitu Abu Ghonaim atau Kyai Gubug Angin.

Saat Perang Jawa (1825–1830), Abu Ghonaim bersama pengikutnya melakukan gerilya untuk menghindari tentara Belanda dan akhirnya bermukim di sekitar lereng Gunung Panderman. Setelah perang usai, ia membuka lahan hutan dan membangun kehidupan baru di wilayah itu.

Abu Ghonaim mengajarkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh dari Pangeran Diponegoro kepada masyarakat sekitar. Kehadirannya membuat warga yang sebelumnya hidup terpisah menjadi lebih bersatu.

Baca Juga : Khutbah Jumat Oktober: Dari Pesantren untuk Indonesia yang Berakhlak

Masyarakat setempat kemudian memanggilnya Mbah Wastu. Seperti kebiasaan orang Jawa yang gemar menyingkat nama, sapaan itu lama-kelamaan berubah menjadi Mbah Tu, kemudian menjadi Mbatu, hingga akhirnya dikenal sebagai Batu. Dari situlah nama Kota Batu berasal.

Sebelum menjadi daerah otonom, Batu merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Pada 6 Maret 1993, wilayah ini resmi ditetapkan sebagai kota administratif. Delapan tahun kemudian, tepat pada 17 Oktober 2001, Batu resmi menjadi kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.

Penetapan tersebut menjadi tonggak sejarah baru bagi masyarakat Batu dalam membangun daerahnya sendiri. Sejak saat itu, perkembangan pariwisata, ekonomi, dan infrastruktur terus mengalami peningkatan pesat.

Pada awal abad ke-19, banyak warga Belanda yang terpikat dengan keindahan alam Batu. Mereka mendirikan rumah dan vila bergaya arsitektur Eropa di kawasan ini, terutama karena iklimnya yang sejuk menyerupai daerah pegunungan di Eropa.

Saking indahnya, orang-orang Belanda bahkan menjuluki Batu sebagai De Klein Switzerland atau “Swiss Kecil di Pulau Jawa”. Jejak peninggalan Belanda itu masih bisa dilihat hingga kini dari berbagai bangunan tua yang tersebar di penjuru kota.

Selain dikenal sebagai “Kota Apel”, Batu kini menjadi destinasi wisata favorit di Jawa Timur. Data dari Pemerintah Kota Batu menunjukkan, sepanjang Januari hingga 25 Juni 2025, tercatat 2.292.749 wisatawan berkunjung ke kota ini. Angka tersebut menandakan tingginya minat masyarakat untuk menikmati keindahan dan kesejukan alam Batu.

Beragam destinasi bisa dijumpai di Kota Batu, mulai dari taman rekreasi keluarga seperti Jatim Park, wisata alam seperti Coban Rondo, Selecta, dan Taman Langit Gunung Banyak, hingga wisata edukasi dan wisata malam. Tak heran jika Batu menjadi magnet wisata Jawa Timur bersama Malang dan Banyuwangi.


Topik

Wisata HUT Kota Batu Kota Batu Sejarah Kota Batu Kota Dingin Swiss Kecil di Jawa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Madiun Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Sri Kurnia Mahiruni