JATIMTIMES - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan peringatan keras kepada Israel setelah negara itu melancarkan serangan udara ke ibu kota Qatar, Doha, pada Selasa (9/9/2025) lalu. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya lima anggota Hamas serta seorang petugas keamanan Qatar.
Dalam pernyataannya, Trump menekankan bahwa Qatar adalah salah satu sekutu utama AS di kawasan Teluk. Ia mengingatkan Israel agar berhati-hati dalam melakukan tindakan militer yang dapat merusak stabilitas regional maupun hubungan diplomatik.
Baca Juga : Dinsos sebut Hampir 98 Persen Penduduk Kabupaten Malang Telah Terdata di DTSEN
"Qatar telah menjadi sekutu yang sangat hebat. Israel dan semua negara lainnya, kita harus berhati-hati. Ketika kita menyerang orang, kita harus berhati-hati," kata Trump kepada wartawan, seperti dikutip AFP, Senin (15/9/2025).
Trump menambahkan, dirinya merasa tidak senang dengan langkah Israel tersebut. Menurutnya, serangan ke Doha tidak hanya memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, tetapi juga berpotensi memicu ketegangan diplomatik baru dengan negara-negara Teluk.
Qatar: Mediator Perdamaian yang Jadi Sasaran Serangan
Qatar selama ini berperan sebagai mediator dalam konflik panjang antara Israel dan Hamas. Doha menjadi lokasi pertemuan para negosiator yang berupaya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Serangan Israel ke Doha dianggap kontradiktif, karena menghantam negara yang justru berusaha mendorong solusi damai. Hal ini langsung mendapat kecaman dari Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang menuntut dunia internasional untuk menghentikan standar ganda dalam menilai konflik Israel-Palestina.
"Kita tidak bisa membiarkan Israel terus bertindak tanpa pertanggungjawaban. Dunia harus bersatu menghentikan kebijakan standar ganda ini," ujar Sheikh Mohammed.
Tindakan Israel tersebut juga memicu solidaritas dari para pemimpin Arab dan Muslim. Presiden Palestina, Mahmud Abbas, segera bertolak ke Doha bersama sejumlah pemimpin negara Timur Tengah untuk menunjukkan dukungan penuh kepada Qatar.
Pertemuan darurat ini dinilai sebagai bentuk perlawanan diplomatik terhadap agresi Israel sekaligus upaya memperkuat posisi Qatar di kancah internasional. Beberapa analis menilai, serangan ke Doha justru dapat mempererat hubungan antarnegara Teluk dalam menekan Israel melalui jalur diplomasi maupun forum internasional.
Baca Juga : MTsN 2 Kota Malang Sabet Banyak Gelar di Kejuaraan Nasional Pencak Silat UNAIR 2025
Pangkalan Militer AS di Qatar Jadi Sorotan
Qatar memiliki pangkalan militer AS terbesar di kawasan Teluk, yakni Pangkalan Udara Al Udeid, yang menjadi pusat operasi penting bagi Washington di Timur Tengah. Dengan posisi strategis tersebut, serangan Israel terhadap Qatar dinilai sangat sensitif dan bisa menimbulkan gesekan antara dua sekutu dekat Amerika, yakni Israel dan Qatar.
Bagi AS, menjaga stabilitas di Qatar bukan hanya soal politik, melainkan juga terkait kepentingan pertahanan dan keamanan. Oleh sebab itu, peringatan Trump kepada Israel menjadi sinyal jelas bahwa Washington tidak ingin Doha diguncang konflik yang lebih besar.
Dampak Geopolitik di Timur Tengah
Serangan Israel ke Qatar berpotensi memperluas spektrum konflik di kawasan. Jika sebelumnya ketegangan lebih terfokus di Gaza, kini Israel harus menghadapi tekanan baru dari negara-negara Teluk.
Beberapa pengamat menilai, langkah militer Israel ini dapat mempersulit proses perdamaian sekaligus memperburuk citra Israel di mata komunitas internasional. Qatar yang dikenal aktif sebagai mediator justru menjadi korban, sehingga simpati publik dunia kemungkinan besar akan mengarah ke Doha.
Trump sendiri menegaskan, AS akan terus mendukung Qatar sebagai mitra strategisnya. Namun, ia juga menyiratkan bahwa Washington tetap akan menjaga keseimbangan hubungan dengan Israel yang sudah lama menjadi sekutu dekat Amerika.