JATIMTIMES - Di tengah rutinitas militer yang ketat, seorang perwira Yonif 511/DY Blitar menemukan ruang jeda sekaligus energi baru. Namanya Lettu Inf Puji Rahmansyah, 31 tahun.
Baginya, tenis bukan lagi sekadar olahraga pengisi waktu. Ia menyebut dirinya sudah “kecanduan sehat” pada olahraga berlapangan hijau ini.
Baca Juga : Lodoyo Blitar: Kedaton Macan dan Misteri Pusaka Suroloyo
Sejak kecil, Puji memang tidak bisa dipisahkan dari dunia olahraga. Saat duduk di bangku sekolah dasar, ia menggeluti renang. Ketika beranjak remaja, basket menjadi pilihan di masa SMA. Ia juga terbiasa dengan lari sebagai latihan fisik. Namun, semuanya bermuara pada tenis. “Kalau sehari tidak main tenis, rasanya ada yang kurang,” ucapnya sambil tersenyum ketika ditemui usai latihan tenis, Minggu (7/9/2025).
Kecintaan itu membuatnya mengatur waktu sebaik-baiknya. Di sela-sela tugas sebagai kepala komando rumah (kakorum) Yonif 511, Puji menyempatkan diri mengayunkan raket. Tak jarang, selepas dinas, ia bisa bermain hingga dua atau tiga kali dalam sehari. Latihan bersama pelatih atau mengasah keterampilan dengan pemain lain menjadi rutinitas yang tak bisa dilewatkan.
Menurut Puji, tenis bukan olahraga yang sederhana. Ia menilai, setiap pukulan bukan hanya soal teknik, melainkan juga pengendalian diri. “Tenis itu bukan sekadar adu kekuatan. Ada strategi, kesabaran, dan ketahanan mental yang diuji,” katanya. Justru kompleksitas inilah yang membuatnya semakin jatuh hati. Ia merasa olahraga ini melatih fokus, daya juang, sekaligus kesabaran yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun tugas militer.
Kerja keras dan ketekunan itu mulai menampakkan hasil. Belum lama ini, Puji sukses meraih juara 2 dalam turnamen tenis ganda putra di Malang. Podium perak itu bukan sekadar simbol prestasi, melainkan juga pembuktian bahwa semangat konsisten mampu mengantar siapa pun menembus batas diri. Ia mengaku, awalnya hanya sekadar senang bermain. Namun perlahan, semangat kompetisi tumbuh dan membawanya pada torehan yang membanggakan.
Meski demikian, Puji menegaskan bahwa tugas utama sebagai prajurit tetap berada di garis terdepan. Ia menyebut tenis justru membantu menjaga kebugaran dan kejernihan pikiran dalam menjalankan amanah negara. “Kalau tubuh sehat, pikiran juga jernih. Jadi bisa maksimal bekerja, beribadah, dan mengabdi,” ujarnya menegaskan.
Baca Juga : Sejumlah Anak di Kota Batu Masih Mengalami Gangguan Kesehatan Mental, Begini Penjelasan Akademisi UM
Baginya, olahraga adalah investasi jangka panjang. Ia berharap kecintaannya pada tenis bisa menular, tidak hanya kepada rekan-rekan prajurit di Yonif 511, tetapi juga masyarakat luas. “Olahraga itu bukan hanya soal fisik, tapi juga soal kualitas hidup. Kalau kita terbiasa disiplin olahraga, maka banyak hal positif yang akan mengikuti,” tuturnya.
Puji percaya, pembangunan sumber daya manusia berawal dari tubuh yang sehat. Ia menyebut pengalaman pribadinya sebagai bukti bahwa rutinitas olahraga mampu memberi energi baru bagi pekerjaan, kehidupan keluarga, hingga pengabdian. “Kalau kita punya energi positif, maka cara kita bekerja dan melayani orang lain juga lebih maksimal,” katanya.
Men sana in corpore sano. Jiwa yang kuat lahir dari tubuh yang sehat. Prinsip itulah yang dijalani Lettu Puji di lapangan tenis maupun dalam pengabdian sebagai prajurit.