JATIMTIMES - Jawa Timur (Jatim) akan menjadi tuan rumah sejumlah pertandingan sepakbola internasional dalam waktu dekat. Laga-laga tersebut dijadwalkan dilaksanakan di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, dan Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Kerusuhan yang melanda sejumlah daerah beberapa akhir ini menimbulkan pertanyaan apakah laga tersebut tetap akan terlaksana. Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Emil Elestianto Dardak memastikan, pertandingan yang melibatkan Timnas Indonesia itu tetap akan berlangsung sesuai jadwal.
Baca Juga : Head to Head Indonesia U-23 vs Laos: Garuda Muda Pernah Kecolongan
"Jadi besok pertandingan internasional ini insyaallah tetap berjalan," ungkap Emil Elestianto Dardak kepada awak media usai menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD Jatim, Surabaya, Selasa (2/9/2025).
Diketahui, Timnas senior dijadwalkan melakoni dua laga persahabatan internasional di ajang FIFA Matchday. Jatim didapuk sebagai tuan rumah untuk dua laga itu.
Pertama, melawan Taiwan pada Jumat, 5 September 2025, lalu menghadapi Lebanon pada Senin, 8 September 2025. Kedua pertandingan akan digelar di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya.
Sementara itu, Timnas Indonesia U-23 juga bersiap untuk tampil di ajang Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 Grup J. Dua pertandingan ini juga digelar di Jatim.
Tim Garuda Muda akan melawan Laos (3 September 2025), Makau (6 September 2025), dan Korea Selatan (9 September 2025). Seluruh laga ini akan digelar di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo.
"Besok ada pertandingan sepakbola internasional ya. Jadi aparat bekerja keras (untuk mengamankan) karena insyaallah kita optimis Jawa Timur ini dalam kondisi yang bisa bisa terkendali," jelas Emil Dardak.
Baca Juga : Wagub Emil Buka Suara usai Kantornya Hangus Dibakar Massa
Ia menegaskan bahwa Pemprov Jatim bersama TNI dan Polri terus berupaya mengembalikan kondisi keamanan dan ketertiban. Dalam hal ini, ia juga mendorong partisipasi masyarakat, yang di beberapa lokasi sudah terbukti efektif.
"Aparat TNI Polri bekerja dengan sangat intensif, tetapi sekali lagi harus manunggal dengan warga. TNI, Polri, warga dan seluruh elemen ya, manunggal jadi satu. Sudah ada buktinya kok. Di beberapa daerah, di beberapa titik itu sudah bisa masyarakat juga ikut bersama-sama untuk mewaspadai," urainya.
"Tentu ada keterbatasan kemampuan masyarakat. Mereka tidak didesain untuk bisa menjaga secara sama seperti aparat. Tapi, ternyata peran serta masyarakat luar biasa dalam membantu di tengah ancaman ini," lanjutnya.
