JATIMTIMES- Kota Blitar kembali menjelma panggung besar perayaan budaya Nusantara. Pada Sabtu, 23 Agustus 2025, ruas Jalan Merdeka hingga Jalan Ahmad Yani dipenuhi ribuan pasang mata yang antusias menyaksikan 4th Blitar Ethnic National (BEN) Carnival.
Tahun ini, pesta budaya yang digelar Pemerintah Kota Blitar berlangsung istimewa karena bertepatan dengan peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia. Mengusung tema The Magnificent of Indonesia, BEN Carnival menjadi ruang ekspresi kemegahan tradisi dari Sabang sampai Merauke.
Baca Juga : Evaluasi Kerja Sama Adminduk-Faskes, Dispendukcapil Kabupaten Blitar Tekankan Akurasi Data Sejak Dini
Salah satu yang mencuri perhatian publik adalah Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar. Perguruan tinggi ini menghadirkan Tari Serimbang dari Bangka Belitung, sebuah tarian tradisional yang sarat makna kebersamaan, kelembutan, dan penghormatan. Dari gladi bersih hingga pementasan di depan tamu kehormatan, penampilan para mahasiswa Unisba menuai tepuk tangan meriah.
Tari Serimbang, Jejak dari Tempilang
Tari Serimbang berasal dari Kabupaten Bangka Barat. Tarian ini lahir pada abad ke-17, sekitar tahun 1670–1680, di Tempilang. Awalnya ia diciptakan sebagai bentuk penyambutan pahlawan yang kembali dari peperangan melawan bajak laut Lanun. Gerakannya terinspirasi dari burung cebuk, burung hutan yang memiliki daya pikat dan kelincahan sayap. Kepakan burung ini kemudian diterjemahkan menjadi gerak dasar tari yang disebut konjat-kanjit.
Lebih dari sekadar seni, Serimbang hadir dalam ritual adat masyarakat Bangka Belitung. Ia wajib dipentaskan pada Upacara Perang Ketupat, sebuah tradisi menjelang Ramadhan. Tak hanya itu, tarian ini juga dipercaya menjadi penghubung antara dunia profan dan sakral dalam ritual Taber. Saat masyarakat melepaskan perahu sesaji ke laut sebagai ungkapan syukur atas hasil tangkapan ikan. Penarinya adalah para gadis suci, penanda kesakralan tarian.
Pada tahun 1982, seorang seniman daerah, Abdurani bin Abdullah, mengembangkan tari ini agar dapat dipentaskan lebih luas, termasuk di kota-kota besar Bangka Belitung seperti Sungailiat dan Kelapa. Kini, Serimbang menjadi simbol kebanggaan, sekaligus media diplomasi budaya.

Unisba Blitar, Kampus yang Menghidupkan Tradisi
Dr. Andiwi Meifilina, Kepala Kantor Urusan Internasional Unisba Blitar, menegaskan bahwa keikutsertaan kampus dalam BEN Carnival bukan sekadar tampil dalam parade tahunan. “Kami ingin menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tak hanya bicara soal akademik. Menghidupkan tradisi adalah bagian dari tanggung jawab moral kami dalam membangun karakter bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, Unisba ingin memperlihatkan bahwa mahasiswa bukan hanya belajar di ruang kuliah, tetapi juga menjadi agen pelestari budaya nusantara. Ia menambahkan, menghadirkan tari dari Bangka Belitung di tanah Jawa adalah bentuk penghormatan terhadap kekayaan kebhinekaan. “Kami ingin mahasiswa Unisba menjadi jembatan antarbudaya. Dari Blitar, mereka belajar tentang akar tradisi, lalu membawa pesan itu ke lingkup nasional bahkan internasional,” katanya.
Wali Kota Blitar: Panggung Kebhinekaan

Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, menyampaikan dalam sambutannya bahwa BEN Carnival 2025 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Rutenya kini dimulai dari Alun-Alun Blitar, bukan lagi dari depan kantor DPRD. Selain itu, peserta juga semakin beragam dengan hadirnya perwakilan dari Malang, Kediri, dan Tulungagung.
Mas Ibin menegaskan bahwa penyelenggaraan tahun ini bukan sekadar parade budaya, tetapi juga bagian dari strategi pembangunan kota. “BEN Carnival adalah cara kita meningkatkan ekonomi kreatif, sekaligus menanamkan nilai nasionalisme dan wawasan kebangsaan. Blitar boleh maju, tetapi tidak boleh meninggalkan budaya adiluhung bangsa,” ucapnya.
Ia mengutip pesan Bung Karno: nasionalisme Indonesia bukan Jawa, Sumatera, atau Kalimantan, melainkan Indonesia sebagai satu kesatuan. Dari situlah BEN Carnival dimaknai sebagai ruang merayakan kebhinekaan. “Dari Aceh sampai Papua, hari ini kita tampilkan keindahan Indonesia. Inilah fondasi menuju Kota Blitar Baru, Kota Blitar Maju, Kota Masa Depan,” katanya.
Jembatan Pendidikan, Budaya, dan Pembangunan

BEN Carnival menjadi ruang pertemuan antara pendidikan, pemerintahan, budaya, dan pembangunan. Unisba Blitar hadir bukan sekadar peserta, melainkan mitra pemerintah dalam menguatkan identitas bangsa melalui seni. Kehadiran mahasiswa di panggung budaya menunjukkan bagaimana pendidikan tinggi dapat berkontribusi pada pembangunan karakter masyarakat.
Lebih jauh, kegiatan ini juga berdampak pada ekonomi kota. Ribuan penonton yang memadati jalan-jalan utama menggerakkan sektor UMKM, kuliner, hingga pariwisata. Bagi Blitar, pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal menjaga ruh kebudayaan.
Tari Serimbang yang dibawakan Unisba Blitar seakan menjadi simbol: tradisi yang lahir ratusan tahun lalu di Bangka Belitung, kini menari di jantung Blitar. Dari kepakan sayap burung cebuk, tersampaikan pesan bahwa Indonesia kuat karena keberagamannya.