JATIMTIMES - Warga Desa Kebobang, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang punya cara untuk menekan angka pengangguran. Salah satunya dengan menggerakkan usaha shuttlecock.
Salah satu pengusaha yang bergerak di bidang usaha shuttlecock di Desa Kebobang adalah Sutini. Dia mengembangkan usahanya di wilayah RT. 03/RW. 08.
Baca Juga : Bupati Blitar Gerak Cepat Atasi Krisis Air Bersih di Sumberagung
Sutini mengatakan, dia memang bertujuan untuk mengentaskan pengangguran di wilayah tersebut dengan membuka lapangan pekerjaan melalui usaha shuttlecock untuk memenuhi kebutuhan olahraga badminton.
"Sebenarnya awalnya di Pakisaji dan sudah berjalan sekitar 25 tahun. Terus melihat di sini banyak anak pengangguran jadi membuka cabang di Desa Kebobang dan di sini sudah berjalan dua tahun," ungkap Sutini.
Dia menyebutkan, bahwa dalam dua tahun membuka cabang di Desa Kebobang, Sutini berhasil menyerap 35 orang tenaga kerja yang berasal dari wilayah tersebut.
Untuk produk shuttlecock, Sutini mengaku mendapatkan bahan baku berupa bulu mentok atau itik yang berasal dari wilayah Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang maupun Kabupaten Lumajang.
"Bulu mentok itu lebar, kalau bulu ayam kecil. Kualitasnya lebih bagus mentok dari pada ayam (untuk produksi shuttlecock)," kata Sutini.
Sutini mengaku, masing-masing helai bulu mentok diolah melalui mesin yang dimilikinya. Mulai dari pembersihan dan penghalusan dari setiap bulu mentok, hingga direkatkan agar menjadi shuttlecock yang dapat digunakan untuk badminton.
Dia menuturkan, jika seluruh pegawai masuk, maka bisa menghasilkan 225 lusin shuttlecock dalam satu hari atau 2.700 buah shuttlecock.
Baca Juga : Tahun 2024, Jumlah Desa Mandiri di Jatim Capai 4.019 Desa
"Di Kebobang sini tempat produksinya, sedangkan untuk pelabelan dengan merek Pastra ada di Pakisaji. Di Kebobang sini rencananya mau buat merek baru yakni Paradiso," tutur Sutini.
Untuk harga dari setiap lusin shuttlecock, Sutini menyebutkan terdapat beberapa macam harga. Hal itu tergantung kualitas maupun besar atau kecilnya shuttlecock yang diproduksi.
"Satu lusin itu ada yang harga Rp 25 ribu, Rp 75 ribu, Rp 90 ribu sampai Rp 150 ribu. Kualitasnya hampir sama, cuma bedanya ada yang kecil dan besar," beber Sutini.
Sementara itu, untuk sebaran pasar shuttlecock merek Pastra, Sutini mengatakan telah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
"Pasarnya ke Jakarta sama Surabaya terus toko-toko di Malang Raya. Untuk pasar ekspor ke luar negeri masih belum ada rencana," tandas Sutini.