JATIMTIMES - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKB Kota Malang menggelar syukuran atas ditetapkannya tiga tokoh bangsa sebagai pahlawan nasional. Ketiganya yakni KH. Syaikhona Kholil (Bangkalan), KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, dan aktivis buruh Marsinah. Kegiatan digelar di Kantor Fraksi PKB DPRD Kota Malang, Jumat (21/11/2025).
Ketua DPC PKB Kota Malang, H. Fatchullah, menyebut penetapan ketiganya sebagai momentum mengingat kembali bahwa perjalanan bangsa Indonesia selalu diwarnai oleh tokoh-tokoh yang berani memperjuangkan keadilan, bahkan saat berhadapan dengan kekuasaan.
Baca Juga : Arumi Bachsin Kenang Sosok Hj Hanik Andriani: Perempuan yang Selalu Menyebarkan Senyum dan Semangat
“Seorang pejuang selalu diuji ketika berhadapan dengan kekuasaan. Kalau teman-teman mengalami zaman Orde Baru, kita tahu betul bagaimana tidak adanya hak-hak buruh, hak pekerja, dan hak orang kecil. Hampir tidak ada yang berani menyuarakan,” ujar Fatchullah.
Menurutnya, dari masa ke masa selalu ada figur yang berjuang habis-habisan demi tegaknya keadilan. Hal itu, lanjutnya, menjadi pengingat bagi para pemangku kepentingan dan mereka yang kini terlibat dalam pemerintahan.
“Ini contoh penting. Kita yang hari ini berada dalam sistem pemerintahan harus sadar bahwa selalu ada orang yang memperjuangkan keadilan. Itu harus dipahami,” tegasnya.
Fatchullah juga menyoroti peranan besar KH. Syaikhona Kholil, ulama karismatik asal Madura, dalam melahirkan Nahdlatul Ulama (NU).
“Beliaulah yang memberikan infrastruktur awal bagi pendirian NU. NU ini organisasi besar, kuat, dan tidak pernah memiliki gagasan untuk melawan pemerintah meskipun pernah ditekan pada masa Orde Baru,” jelasnya.
Fatchullah menambahkan, NU turut berperan dalam sejarah berdirinya negara, mulai dari 1945 hingga keterlibatan dalam pembentukan Orde Baru pada 1965. Meski demikian, NU tetap konsisten menjaga komitmen pada NKRI.
Sementara itu terkait Marsinah, aktivis buruh yang tewas pada 1993, Fatchullah menilai pemberian gelar pahlawan nasional merupakan bentuk perhatian negara terhadap perjuangan kaum pekerja.
“Perkara ada pro dan kontra itu wajar. Itu sunnatullah. Ada yang senang, ada yang tidak. Bisa karena bukan dari kelompoknya, tidak suka gayanya, atau mungkin pernah berseberangan,” ujarnya.
Baca Juga : DPR, Wali Kota Eri Cahyadi, dan DPRD Surabaya All Out Kawal Sengketa Eigendom hingga Tuntas
Ia menegaskan bahwa gelar pahlawan merupakan bentuk apresiasi tertinggi negara. “Kalau PKB, kami sudah ziarah ke makamnya, datang ke keluarga. Itu bentuk penghormatan kami,” tambahnya.
Saat ditanya apakah kasus Marsinah perlu dijernihkan kembali, Fatchullah menyebut hal itu bukan ranah diskusi PKB saat ini.
“Kita belum sampai bicara ke sana. Kami mengapresiasi negara yang memberi nilai pada Marsinah. Saya kira kalau seseorang ditetapkan sebagai pahlawan nasional, secara otomatis itu pengakuan bahwa ia bukan orang sembarangan,” tegasnya.
Sebagai informasi, selain tiga tokoh tersebut pemerintah telah menetapkan sebanyak 7 tokoh lain sebagai pahlawan nasional pada moment Hari Pahlawan 10 November 2025 lalu.
Yakni Jenderal Besar TNI (Purn) Soeharto, Prof. Mochtar Kusumaatmadja, Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, Sultan Muhammad Salahuddin, Tuan Rondahaim Saragih, dan Zainal Abidin Syah.
